Foto seorang nenek penjual kacang rebus di stasiun Tugu Yogyakarta yang di unggah oleh akun Twitter @_kemas_ banyak mendapat simpati dari netizen. Nenek yang tampak sangat sepuh tersebut terlihat begitu letih dan lemas menjual dagangannya di parkiran motor pintu selatan Stasiun Tugu Yogyakarta.
Akun Twitter @_kemas_ memberi deskripsi pada foto yang juga di unggah ke Fanpage @Jogja_Uncover tersebut menuliskan “Mari yang lagi di Stasiun Tugu Yogyakarta beli kacang rebus di si mbah ini. Biasanya ada di pintu Selatan.”
Media online Merdeka yang mencari tahu nenek penjual kacang tersebut, berhasil mengungkap jati diri nenek tersebut. Dia adalah Mbah Tumirah. Yang mengejutkan adalah pengakuannya bahwa usianya sudah lebih dari se-abad! Tepatnya 109 tahun. Mbah Tumirah tinggal di Sosrowijayan, Gedongtengen, Kota Yogyakarta.
Dengan bersandar di pilar parkiran motor di Stasiun Tugu Yogyakarta, Mbah Tumirah tersebut menjajakan kacang rebus sejak pukul 06.00 pagi. Siang itu matahari begitu terik, namun tubuh rentanya tak beranjak dari tempatnya bersandar menunggu pembeli. Orang banyak yang berlalu lalang seperti tak menggubris keberadaannya.
Saat pagi masih sejuk, Mbah Tumirah diantar cucunya ke Stasiun Tugu Yogyakarta dengan menggunakaan becak. Dibantunya cucunya tersebut, sebuah bakul berisi kacang rebus siap jual diturunkan. Bakul tersebut yang akan menemani Mbah Tumirah hingga sore menjelang.
“Saya enggak mau merepotkan orang, kalau masih bisa cari makan sendiri ya lebih baik berusaha,” katanya saat ditemui merdeka.com, Sabtu (16/5) siang.
Siang itu, belum ada satu pun pembeli yang menghampirinya. Mbah Tumirah memberi banderol 5 ribu rupiah per bungkus kacang yang dijualnya. Laku atau tidak kacang yang dijualnya hari itu, Ia akan tetap akan pulang saat menjelang Maghrib dijemput cucunya.
Penghasilan Mbah Tumirah dari berjualan kacang rebus tidak menentu. Jika saat sedang sepi, seringkali Ia hanya mampu menjual beberapa bungkus saja. Namun yang sedikit itu selalu Ia syukuri, menurutnya setiap rezeki dari Gusti Allah akan selalu mendatangkan keberkahan. [via Merdeka]
“Sehari dapatnya berapa? Ya cukup untuk makan, kalau kurang dicukup-cukupkan. Ngucap syukur, berapa saja yang laku itu rejeki dari Allah,” ungkapnya.
Akun Twitter @_kemas_ memberi deskripsi pada foto yang juga di unggah ke Fanpage @Jogja_Uncover tersebut menuliskan “Mari yang lagi di Stasiun Tugu Yogyakarta beli kacang rebus di si mbah ini. Biasanya ada di pintu Selatan.”
Media online Merdeka yang mencari tahu nenek penjual kacang tersebut, berhasil mengungkap jati diri nenek tersebut. Dia adalah Mbah Tumirah. Yang mengejutkan adalah pengakuannya bahwa usianya sudah lebih dari se-abad! Tepatnya 109 tahun. Mbah Tumirah tinggal di Sosrowijayan, Gedongtengen, Kota Yogyakarta.
Dengan bersandar di pilar parkiran motor di Stasiun Tugu Yogyakarta, Mbah Tumirah tersebut menjajakan kacang rebus sejak pukul 06.00 pagi. Siang itu matahari begitu terik, namun tubuh rentanya tak beranjak dari tempatnya bersandar menunggu pembeli. Orang banyak yang berlalu lalang seperti tak menggubris keberadaannya.
Saat pagi masih sejuk, Mbah Tumirah diantar cucunya ke Stasiun Tugu Yogyakarta dengan menggunakaan becak. Dibantunya cucunya tersebut, sebuah bakul berisi kacang rebus siap jual diturunkan. Bakul tersebut yang akan menemani Mbah Tumirah hingga sore menjelang.
“Saya enggak mau merepotkan orang, kalau masih bisa cari makan sendiri ya lebih baik berusaha,” katanya saat ditemui merdeka.com, Sabtu (16/5) siang.
Siang itu, belum ada satu pun pembeli yang menghampirinya. Mbah Tumirah memberi banderol 5 ribu rupiah per bungkus kacang yang dijualnya. Laku atau tidak kacang yang dijualnya hari itu, Ia akan tetap akan pulang saat menjelang Maghrib dijemput cucunya.
Penghasilan Mbah Tumirah dari berjualan kacang rebus tidak menentu. Jika saat sedang sepi, seringkali Ia hanya mampu menjual beberapa bungkus saja. Namun yang sedikit itu selalu Ia syukuri, menurutnya setiap rezeki dari Gusti Allah akan selalu mendatangkan keberkahan. [via Merdeka]
“Sehari dapatnya berapa? Ya cukup untuk makan, kalau kurang dicukup-cukupkan. Ngucap syukur, berapa saja yang laku itu rejeki dari Allah,” ungkapnya.
0 Response to "Kisah Nenek 109 Tahun yang Menjual Kacang di Stasiun Tugu Yogya Demi Sesuap Nasi"
Posting Komentar